Sulap adalah seni yang menakjubkan bagi banyak orang. Masih ada orang yang memuja-muja Harry Houdini, sang ahli meloloskan diri. Mungkin kita juga masih ingat gegap gempitanya Jakarta ketika David Copperfield datang berkunjung dan menurunkan hujan salju. Banyak orang yang terheran-heran dengan sulap-jarak-dekatnya David Blaine. Bahkan ketika mulai bermunculan buku dan acara televisi yang mengupas rahasia di balik trik-trik sulap lama, kita tetap terpana oleh trik-trik baru yang lebih muskil diungkap dengan akal sehat yang sederhana. Meskipun muncul reaksi-reaksi seperti ”Ya ampun, ternyata cuma begitu doang toh,” atau ”Sial, gue ketipu. Begitu doang mah gue juga bisa,” dalam hati kecil kita tetap mengagumi kelihaian mereka, seperti dulu kita juga kagum melihat merpati keluar dari topi saat acara ulang tahun anak-anak.
Tentu dalam kekaguman itu ada satu pertanyaan mendasar yang keluar: ”Bagaimana mungkin mereka bisa melakukannya?” Ada bermacam-macam cara, mulai dari penggunaan benda-benda biasa yang sudah ’diakali’ sampai pemakaian kostum, set panggung, dan penghasil efek khusus. Namun yang menjadi andalan utama seorang pesulap sejati pada dasarnya hanyalah gerakan tangan, tubuh, dan kata-katanya. Juga pengetahuan akan mata dan pikiran manusia yang tidak sempurna. Baru-baru ini di YouTube muncul sebuah tayangan yang mengungkap rahasia di balik trik sulap mengubah warna kartu. Beberapa orang sudah membahasnya, dan saya juga akan membahasnya dari sudut pandang ilmu psikologi. Dalam tayangan yang akan saya cantumkan berikut ini, cobalah untuk terus awas dan menerka-nerka bagaimana si pesulap melakukan triknya sebelum ia mulai membahasnya.
0 comments:
Post a Comment